Siapa takut jadi eksportir?:
Penyiapan nilai nilai sejak dini dari balik meja kelas.

Penulis: Diah Mardiah, S.Pd/Guru SD Darul Hikam Bandung

Siswa/I kelas V terlihat serius didalam kelas. Mereka duduk berkelompok.Masing-masing kelompok membahas topik yang berbeda. Ada yang mulai membahas produk, ada yang membahas desain, ada yang berdiskusi menyiapkan bahan, dan ada juga  yang bertugas membagi tugas kelompoknya. Luar biasa semuanya merasa terlibat dan antusias. Ternyata sebulan kedepan mereka sedang menyiapkan projek wirausaha. Bayangkan jika keadaaan ini, kita bawa kepada 10-20 tahun yang akan datang, mereka hadir sebagai warga negara Indonesia yang berada ditengah-tengah Masyarakat dan siap menawarkan produk karyanya keseluruh dunia. Dan dengan bangganya  mereka menyatakan bahwa inilah produk khas Indonesia, hasil karya warga negaranya.  Setiap sekolah bisa memulai proyek serupa dengan produk khas daerahnya masing-masing. Jadi, Siapa takut jadi Eksportir ? Dan semua dimulai dari meja kelas yang ada diruang-ruang sekolah. Proyek ini mungkin tidak menghasilkan ekspor sungguhan, tetapi yang terpenting telah terekspor: sebuah keyakinan, kebanggaan, dan keberanian.

Rasa percaya diri atau yang sering disebut self confidence merupakan kemampuan individu dalam memiliki keyakinan atas kemampuannya dan seberapa jauh individu tersebut dapat merasakan optimisme dalam keberhasilan (Ginau, 2021). Kepercayaan diri memiliki peran yang sangat penting bagi anak-anak, karena secara signifikan memengaruhi perkembangan mental dan pembentukan karakternya. Menurut Wahyuni (dalam Kamaruddin et al., 2022), Mental dan karakter yang kuat menjadi modal penting bagi anak dalam meraih kesuksesan di masa depan. Didalam kelas semuanya dilatih dan dibentuk, dengan harapan dimasa depan akan tumbuh menjadi pribadi yang memiliki keyakinan yang tinggi dan bertanggung jawab. Menurut penelitian Richard Koch (Kompas.com), cara untuk meningkatkan keyakinan diri salah satunya adalah dengan cara melakukan pengalaman baru. Hal ini dapat dilakukan dengan mencari kesempatan untuk belajar dan mencari tantangan baru. Perluas zona nyaman dengan menerima tantangan yang ditawarkan. Melalui tantangan itu, kita akan mendapat banyak pembelajaran dan mengembangkan kemampuan diri. Alhasil, saat dihadapkan dengan situasi yang sama, kita tidak mudah takut. Di sekolah semua anak dilatih untuk mengalami berbagai banyak hal yang bisa jadi tidak sesuai harapannya.Tetapi ini semua adalah sebuah bentuk Latihan untuk meningkatkan akan keyakinannya terhadap Impian atau cita-citanya dimasa depan. Disinilah telah terjadi ekspor keyakinan.

Selain keyakinan, Disekolah anak belajar menjadi pribadi yang dapat berkontribusi dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Sesuai dengan tujuan pembentukan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 yang menyatakan bahwa Pendidikan dapat mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, kreatif, mandiri, dan bertanggung jawab sebagai warga negara. Disekolah siswa dilatih untuk memberikan kontribusinya. Kontribusi bisa diberikan dengan cara mengikuti lomba, berpartisipasi dalam kegiatan sekolah, berperan aktif dalam setiap kegiatan sekolah atau minimalnya berkontribusi untuk kelasnya sendiri sebagai bentuk dari aplikasi sebagai warga negara dalam lingkup kecil. Didalam kelas, siswa secara bergantian mendapatkan tugas yang berbeda-beda setiap pekannya. Dalam tahap ini, siswa dilatih tanggung jawab dan kepedulian terhadap sesama. Semuanya terlibat dan berkontribusi. Disinilah siswa dilatih menjadi pribadi yang   bangga menjadi dirinya sendiri dan senantiasa memberikan manfaat, bukan hasil yang besar tapi apa yang sudah diusahakannya. Disinilah telah terjadi ekspor kebanggaan.

Dan untuk melatihan keberanian anak-anak, salah satu strategi yang di lakukan adalah dengan melaksanakan pembelajaran berbasis proyek yang menantang siswa untuk memecahkan masalah dunia nyata yang berkaitan dengan lingkungan terdekatnya. Pada pembelajaran ini siswa di latih untuk memberikan Solusi pada permasalahan yang dihadapi disekolah. Siswa dilatih untuk mengambil data dan melakukan wawancara untuk memperoleh data yang akurat. Dan pada akhirnya ditantang untuk membuat Solusi yang dekat juga dengan lingkungan mereka. Sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Insyasiska et al, yang menyatakan bahwa pembelajaran berbasis projek akan meningkatkan motivasi belajar dan kreativitas siswa. Pada dasarnya siswa dilatih untuk membuat produk lokal tapi bisa dipakai untuk semua siswa (act local, think global). Solusi sederhana tapi bisa dipakai untuk semua orang. Pada saat melakukan projek dimana ada kemungkinan siswa mengalami kegagalan dalam projeknya sepeti barang tidak laku, produk rusak, presentasi kurang meyakinkan. Dalam kondisi seperti ini, menurut Carol Dweck seorang psikolog dari Stanford, guru dapat menanamkan pandangan bahwa setiap masalah dijadikan sebagai umpan balik yang berfokus pada proses dan perbaikan, bukan hasil akhir. Dengan hasil evaluasi yang sudah dilakukan diharapkan siswa dapat belajar melalui refleksi atas pengalamannya langsung. Dan pada akhirnya menantang siswa berani melakukan hal yang baru. Dan disinilah telah terjadi ekspor keberanian.

Jadi kenapa takut jadi eksportir ? Karena ternyata semua bisa dan bermula dari nilai-nilai sederhana, seperti keyakinan, keberanian dan kebanggaan, yang berawal dari balik meja sekolah.

 

 

 

Referensi

  1. Insyasiska, D., Zubaidah, S., & Susilo, H. (2015). Pengaruh project based learning terhadap motivasi belajar, kreativitas, kemampuan berpikir kritis, dan kemampuan kognitif siswa pada pembelajaran biologi. Jurnal Pendidikan Biologi, 7(1), 9–21.
  2. Kompas.com. (2023, 10 Juli). Sukses mulai dari keyakinan diri. https://money.kompas.com/read/2023/07/10/150000926/sukses-mulai-dari-keyakinan-diri
  3. Mardiah, D. (2022). Laporan best practise: Projek penguatan profil pelajar Pancasila melalui Cozy Café sebagai kreatifitas peserta didik kelas V pada pagelaran School Fun Fest SD Darul Hikam tahun 2022. SD Darul Hikam.
  4. Rosyida, R. H., Anjelika, S. D., Septiyanto, I. S., & Zulfahmi, M. N. (2025). Menumbuhkan rasa percaya diri siswa sekolah dasar melalui permainan bingo yang menyenangkan dan interaktif. Jurnal Pendidikan Dasar, 3(1), 216–227.
  5. Anwar, B. L. (2023, 15 Desember). Kembangkan diri dengan growth mindset: Pengertian, manfaat, dan penerapannya. Telkom University. https://telkomuniversity.ac.id/kembangkan-diri-dengan-growth-mindset-pengertian-manfaat-dan-penerapannya/

Ruri Sundari, M.Pd.

Kepala SD Darul Hikam